RSS

Suku Hui, Catatan Sejarah Peradaban Islam Di Tiongkok

Proses masuknya Islam ke Tiongkok tak terlepas dari peran seorang Khulafaurrasyidin, Khalifah Usman Bin Affan. Menurut sejarah, Khalifah Usman mengutus Sa’ad Bin Abi Waqqash untuk menyebarkan ajaran agama Allah di Daratan Tiongkok. Menurut kisah, Saad bersama tiga orang sahabatnya berlayar dari Ethopia pada tahun 616 M. Setelah tiba dan melakukan tugasnya, Sa’ad kembali lagi ke Tanah Arab dan nanti 21 tahun kemudian barulah Sa’ad kembali ke Tiongkok membawa kitab suci Al Quran. Akhir kisah, Sa’ad Bin Abi Waqqash akhirnya meninggal dunia di Tiongkok pada tahun 635 M. kuburannya kemudian dikenal sebagai Geys’ Mazars.

Pada saat itu, Dinasty Tang tengah menjajaki kekuasaan di negeri Panda tersebut. Setelaah Sa’ad berlabuh di Tiongkok, para pedagang-pedagang Arab pun berbondong-bondong menjajaki tanah Tiongkok dalam misi menyebarkan Islam.  Adalah Chang’an yang saat ini kita kenal sebagai Xian menjadi pusat penyebaran agama Islam ketika itu. Para pedagang dari tanah Arab tersebut kemudian melakukan kawin mawin dengan penduduk setempat. secara otomatis, pergumulan yang melibatkan dua unsur  kebudayaan ini melahirkan sebuah entitas baru dalam bingkai budaya negeri Tiongkok.

Ketika Dinasty Tang berkuasa di Tiongkok, dewan kerajaan tidak memberikan peraturan khusus terhadap penyebaran agama Islam saat itu seperti peraturan-peraturan penekanan terhadap pertumbuhan ataupun penyebaran ajaran Islam. Kaisar Xuanzong (685-762) yang memimpin kerajaan ketika itu justru memberikan keistimewaan bagi para pemeluk agama Islam yang terus bertambah dengan memberikan izin untuk membangun masjid sebagai tempat peribadatan mereka. Kebijakan ini merupakan sebuah penghormatan kaisar kepada para warga muslim lantaran mereka telah membantu kaisar Xuanzong berperang melawan para musuh-musuhnya.

Maka lahirlah suku Hui sebagai sebuah entitas baru yang terus tumbuh dan berkembang hingga menjadi sebuah komunitas mayoritas muslim yang tersebar di daratan Tiongkok.  Di propinsi Nangksi, suku Hui memang menjadi komunitas muslim yang paling banyak. Tercatat hanya sekitar 200  jiwa yang menjadi pemeluk agama Nasrani dari total penduduk 10,7 juta jiwa. Sampai pada abad ke-14, persebaran agama Islam semakin meluas ke seluruh pelosok wilayah Tiongkok. Orang-orang Hui yang melakukan penjelajahan dan kemudian menetap di satu daerah, biasanya  mendirikan sebuah masjid di kawasan  pemukiman mereka.

Masjid Raya Xian atau Masjid Agung Xian merupakan sebuah masjid tertua di Tiongkok yang dibangun oleh orang-orang Hui pada masa kekuasaan Dinasty Tang (618-907). Menurut pada catatan sejarah resmi yang terpampang pada ukiran kayu dibagian interiornya, Masjid ini dibangun pada tahun 742 Masehi yaitu ketika Islam pertama kali menjajaki daratan Tiongkok. Masjid inilah yang kemudian digunakan menjadi pusat dakwah penyebaran agama Islam.

Masjid ini memiliki arsitektur yang sangat unik di dunia. Bentuknya lebih menyerupai kuil dari pada masjid yang kita kenal pada umumnya. Keunikan inilah yang membuat masjid tersebut masuk dalam jajaran The 7th Simply Amazing Mosques In The World. Masjid ini berdiri di atas lahan seluas 13.000 Meter bujur sangkar. Bangunannya berbentuk empat persegi panjang dengan luas lebih dari 6000 meter bujur sangkar yang membentang dari timur ke barat dengan memiliki empat area yaitu gerbang kayu setinggi 9 meter, tiga pintu batu berpilar empat yang saling berhubungan, ruang kekaisaran dan yang terakhir adalah area terbesar yaitu sebuah gedung  yang digunakan sebagai tempat untuk shalat.

Secara fisik, orang Hui tidak memiliki perbedaan dengan orang Han yang kita kenal sebagai orang asli Tiongkok. Orang-orang Hui memakai pakaian yang sama dipakai oleh mayoritas masyarakat Tiongkok. Bahasa yang mereka gunakan juga bahasa Mandarin. Namun, pada umumnya orang Tiongkok adalah Ateis, sementara orang Hui sangat kuat dengan keislamannya. Hal inilah yang menjadi perbedaan secara signifikan antara orang-orang Suku Hui dengan Masyarakat Tiongkok.  

Jika mereka tinggal di kota, orang Hui umumnya bermata pencaharian sebagai pedagang. Mereka membuka toko-toko dan restoran. Ada juga yang bekerja sebagai pedagang kulit, mutiara  dan penjual daging. Namun  jika mereka tinggal di  desa, mereka akan bekerja sebagai petani  yang menghasilkan beras dan gandum. Selain itu, mereka juga bekerja sebagai peternak yang memelihara sapi, kambing dan domba. Orang Hui tidak memelihara babi apalagi memakannya sebab kehidupan mereka mengikuti tuntunan ajaran Islam meskipun ranah keagamaan mereka sangat besar dipengaruhi oleh kebudayaan Tiongkok. Menurut kepada aturan kebudayaan yang dianut oleh orang-orang suku Hui, perempuan dari kalangan suku Hui sama sekali tidak diperkenankan untuk menjalin hubungan apa lagi sampai menikah dan membina rumah tangga dengan laki-laki dari suku lain yang berada di Tiongkok. Namun bagi laki-laki Hui, mereka boleh saja menikah dengan perempuan dari suku lain dengan catatan perempuan tersebut bersedia mengikuti suaminya menjadi muslim.

Seperti kisah-kisah perjuangan Islam di Tanah Arab yang begitu gigih dan terus bertahan dibawah tekanan kaum Quarisy yang mayoritas, perjuangan suku Hui juga memiliki warna yang sama dengan kisah dari Tanah Arab. Di masa revolusi kebudayaan, orang-orang Hui teraniaya serta tertekan dan terus menjadi bulan-bulanan penindasan. Masjid diwajibkan membayar pajak, jika tidak mengindahkan aturan yang telah ditetapkan maka masjid-masjid tersebut  akan dihancurkan.  Para imam dilarang belajar atau pun mengajarkan ajaran agama Islam bahkan keberadaan mereka terus terancam sehingga para imam tersebut melakukan persembunyian di bawah tanah. Mereka juga tidak diperbolehkan mengebumikan orang mati. Namun orang-orang Hui tetap memperjuangkan entitas mereka dan terus bertahan di tengah pergolakan revolusi Tiongkok. Dengan cepat mereka membangun kembali tempat-tempat peribadatan mereka yang telah dihancurkan. Tercatat ada sekitar 1.400 masjid yang telah dibuka pasca revolusi kebudayaan. Saat ini pemerintah Tiongkok sudah lebih terbuka dengan keberadaan agama Suku Hui yang mayoritas muslim. 

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS