RSS

Malam Korongtigi

Perkawinan Dengan Adat Tionghoa-Makassar

Malam tampak cerah dengan semarak kemilau bintang. Cuaca seakan bersahabat ketika ritual upacara adat Korongtigi Fenny Yolanda Kusthio berlangsung. Para tamu terlihat tengah asyik menikmati hidangan yang telah tersaji di atas meja. Satu persatu mereka baris berantrian mengambil makanan kemudian menuju ke deretan kursi  yang telah tersedia. Tepat di bagian tengah barisan para tamu yang duduk, kedua orang tua Fenny berdiri menjamu setiap tamu yang datang kemudian mempersilahkannya langsung menuju meja hidangan. Gema alunan musik Tanjidor membawa para hadirin kepada suasana bernuansa kedaerahan. Kelompok musik tersebut melantunkan lagu-lagu daerah seprti Ati Raja, Anging Mammiri, Tulolonna Sulawesi, Indo’ Logo, Sulawesi Pa’rasanganta’, Dan lain sebagainya.

Berpasang mata seketika tertuju tertuju ke satu arah saat gadis berusia 32 tahun tersebut dengan mengenakan Baju Bodo berwarna hijau keluar dari dalam rumah kemudian berjalan perlahan menyapa segenap tamu yang datang ke pesta itu. Sosok fenny terihat begitu anggun di bawah temaram. Dalam rangkaian ritual upacara ini, fenny melakukan tiga kali ganti pakaian. Pakaian pertama dan kedua adalah pakaian khas derah Sulawesi Selatan. Sedangkan pakaian yang ke tiga adalah pakaian khas Tionghoa yaitu baju Taboroq (baju panjang). Pada acara ini, Moehamad David Aritanto yang berprofesi sebagai seorang wartawan, cukup baik dalam memimpin jalannya ritual upacara adat tersebut sehingga para hadirin dapat memahami makna-makna yang terkandung.

Di luar, gema Tanjidor masih menghibur telinga para tamu. Wanita yang juga sekretaris Bank Danamon ini perlahan turun dari lantai dua menuju ruang tamu pusat berlangsungnya upacara. Fenny telah mengenakan gaun khas Tiongkok. Beberapa tamu yang berada diluar kemudian bergerak menuju kedalam ruangan tersebut. Di tempat itu telah tersedia sebuah meja yang di atasnya terdapat dua buah lilin yang telah di nyalakan dan di tempatkan di bagian kiri dan kanan. Selain itu tersedia juga sebuah cangkir kosong dan sebuah teko yang berisi teh. Juga terdapat daun korongtigi yang telah dihaluskan dengan asam. Tepat di bagian bawah meja tersebut terdapat sebuah kotak yang berisi sebuah kitab, sisir, gunting dan beberapa benda-benda lainnya. Meja tersebut dibalut dengan kain yang bagian depannya tampak corak khas kerajaan Tiongkok. Fenny kemudian dituntun oleh Anrong Bunting untuk menuju ke sebuah kursi yang berada di belakang meja tersebut.

Setelah Fenny duduk dengan sempurna, acara kemudian dimulai dengan membaca doa yang dipimpin langsung oleh ibundanya tercinta. Setelah itu acara dilanjutkan dengan prosesi ritual melangkahi. Berhubung gadis Tionghoa Peranakan ini memiliki seorang kakak laki-laki yang belum menikah maka ia kemudian menjalani prosesi melangkahi. Acara selanjutnya adalah menyisir. Oleh seorang anak laki-laki, rambut fenny disisir sebanyak tiga kali secara berulang. Prosesi ritual ini bermakna sebuah harapan perjalanan hidup yang bahagia kedepannya nanti. Selanjutnya adalah prosesi menyuguhkan teh. Fenny menuangkan teh kedalam sebuah cangkir lalu menyuguhkannya kepada ayahnya. Setelah itu ayahnya berjalan mengitari meja untuk berpindah tempat. Teh kembali dituangkan kemudian disuguhkan dengan penuh sopan santun. Hal yang sama juga dilakukan kepada ibunya. Prosesi ini bermakna, diharapkan pertumbuhan keluarga nantinya akan subur. Setelah itu barulah perosesi pemasangan Saloko yakni sebuah mahkota. Pada bagian depannya terdapat juntaian manik-manik yang menutupi bagian wajah. Pemasangan Saloko ini dilakukan oleh Anrong Bunting yang telah dipilih oleh keluarga. prosesi kemudian dilanjutkan dengan penyerahan Ampao. Kedua orang tua yang tengah berbahagia secara bergantian memberikan Ampao, setelah itu barulah diikuti oleh keluarga lainnya. Sesi terakhir adalah mengunjungi para tamu. Diapit oleh ayah dan ibunya, Fenny kemudian berjalan menghampiri para tamu lalu memberikan salam penghormatan kepada mereka.

Pelaksanaan prosesi korongtigi pertama-tama dengan melakukan Appasili yaitu penyucian. Setelah itu prosesi menabur daun paccing diatas telapak tangan (Korongtigi). Dalam istilah Bugis disebut Mappaccing. Setelah itu barulah prosesi upacara ritual lainnya seperti yang telah tergambarkan di atas dilaksanakan. Fenny Yolanda Kusthio dipersunting oleh Reinaldo Steve Kumendong. Ikatan pernikahan kemudian diberkati di Gereja Katedral Paroki Hati yesus Yang Maha Kudus. Selanjutnya pesta perkawinan diselenggarakan di Restoran New Bambuden pada 31 Juli 2010.   

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS