Keluhan dunia tentang jaminan kualitas barang produksi Tiongkok rupanya juga menjadi permasalahan serius di dalam negeri Tiongkok itu sendiri. Rata-rata, yang menjadi permasalahan utama kualitas produksi adalah barang-barang yang paling sering dikonsumsi sehari-hari seperti daging, shampo, susu dan lain-lain. Di Tiongkok, hampir sebagian besar penduduknya tidak lagi mengkonsumsi barang-barang tersebut yang diproduksi di dalam negeri mereka. Penduduk Tiongkok justru lebih memilih pergi berbelanja kebutuhan pokok ke Hongkong dari pada di negeri mereka sendiri.
Berdasarkan informasi yang berhasil dihimpun, sebagian besar alasan masyarakat Tiongkok lebih senang berbelanja kebutuhan mereka ke Hongkong karena kualitas barang produksi mereka jauh lebih bagus, lebih aman dan lebih terjamin. Selain itu peran pemerintah dalam mengontrol penyaluran barang-barang tersebut tergolong ketat. Pemerintah Hongkong menyediakan pusat layanan pengaduan jika konsumen mempunyai masalah dengan barang produksi mereka. Konsumen dapat langsung menghubungi pusat layanan pengaduan tersebut dan secepatnya akan segera diselesaikan. Proses pelayanan cepat terhadap pengaduan inilah yang menjadi salah satu alasan penduduk Tiongkok lebih senang berbelanja di Hongkong.
Beberapa kasus yang mencuat terkait jaminan kualitas barang produksi Tiongkok diantaranya kasus susu bubuk produksi San Lu. Pasalnya, berdasarkan hasil uji laboratorium, susu bubuk produksi perusahaan yang berbasis di Selandia Baru ini diduga mengandung bahan bermelamin tingkat tinggi. Beberapa media Tiongkok oleh perusahaan San Lu dibayar untuk tidak mengekspos kasus tersebut. Bahkan, San Lu juga mengucurkan dana sebesar 3 juta Yuan kepada Baidu, mesin pencari dunia maya di Tiongkok untuk menutupi fakta kasus tersebut dengan memblokir situs-situs yang memuat pemberitaan miring seputar produksi perusahaannya. Pada 2009 lalu, di propinsi Qinghai dan Gansu ditemukan sekitar 150 hingga 200 ribu ton susu bubuk bermelamin tinggi belum dimusnahkan. Hitungan ini masih dalam taraf perkiraan. Untuk hitungan konkret, pemerintah Tiongkok masih belum dapat memastikannya.
Selain kasus produk susu bubuk tersebut, kasus lain yang cukup menghangatkan pemberitaan media di Tiongkok yakni shampo Ba Wang. Sampho Ba Wang merupakan barang produk asli dalam negeri Tiongkok. Diduga produk ini mengandung bahan yang dapat menyebabkan kanker. Produk ini sempat menjadi tenar dan mendapat tempat di masyarakat. Namun, seiring munculnya pemberitaan media yang menyatakan bahwa produk tersebut bermasalah terhadap gangguan kesehatan, maka serta merta warga Tiongkok meninggalkan produk tersebut dan tidak mengkonsumsinya lagi untuk keperluan harian mereka.
Berangkat dari kasus-kasus tersebut, masyarakat Tiongkok semakin menguatkan ketidakpercayaan mereka terhadap barang-barang produksi negeri mereka sendiri. Buruknya citra produk-produk Tiongkok mempengaruhi frekuensi pasar penjualan mereka. Hongkong yang diketahui menjadi pusat perbelanjaan warga Tiongkok oleh sebagian besar perusahaan-perusahaan di negeri Panda mencoba mengambil tempat untuk menyalurkan barang-barang produksi mereka di sana. Namun usaha tersebut tidak berhasil sebab citra buruk barang produk mereka sudah sangat jelas tercium oleh masyarakat Tiongkok.
Sementara di negara lain seperti Indonesia misalnya, berbicara mengenai jaminan mutu dan kualitas, produk-produk Tiongkok seperti barang-barang elektronik kurang mendapat tempat. Pasalanya, barang-barang tersebut cepat rusak. Namun produk-produk mereka banyak di gemari lantaran faktor ekonomi. Barang produk Tiongkok jauh lebih murah dibandingkan dengan produk-produk negara lain. Meskipun demikian, ketika berbicara kualitas, masyarakat lebih menjurus kepada barang-barang produksi Jepang, Amerika dan Eropa.